Teknologi dan Krisis Kapitalisme

watch_later April 30, 2013
Teknologi dan Krisis Kapitalisme

Perusahaan teknologi dan tambang memiliki satu kesamaan: Mereka mampu menghasilkan banyak keuntungan tanpa perlu pekerja yang banyak. Sebagai contoh, Exxon Mobil, dengan keuntungan lebih dari US$ 40 miliar, hanya memiliki pekerja kurang dari 80ribu orang. Mereka hanya membutuhkan 1700 pekerja untuk meraup keuntungan miliaran dolar. Apple mempunyai keuntungan yang hampir sama, dengan pekerja yang lebih sedikit lagi.

Silahkan lihat catatan dari berbagai perusahaan besar, dan Anda akan segera menemukan sebuah pola. Perusahaan sumber daya dan teknologi sepertinya menghasilkan keuntungan besar dengan pekerja yang sedikit. Di sisi lain adalah perusahaan manufaktur; Volkswagen membutuhkan sekitar 19ribu pekerja untuk menghasilkan profit miliaran dolar, 11 kali lebih banyak dibandingkan Apple. Bahkan mereka seharusnya memiliki lebih banyak pekerja lagi, namun hal tersebut dapat digantikan dengan teknologi yang diterapkan di perusahaan.

Teknologi dan Krisis Kapitalisme


Jadi apa yang akhirnya terjadi ketika perusahaan menghasilkan kekayaan tanpa pekerjaan? Apakah pekerja-pekerja yang lain membuat pekerjaan lain untuk menghasilkan keuntungan lebih? Atau kita hanya akan melihat pembagi yang semakin jelas antara yang 'punya' dan 'tidak punya'?

Itulah yang dianggap oleh Steve Keen, pakar ekonomi, sebagai krisis kapitalisme. Selama ini, sistem ekonomi kita selalu mengandalkan pekerja untuk menghasilkan output yang mengarah kepada profit. Beliau mengatakan bahwa, 'Jika kita tidak mencari jalan lain untuk mendistribusikan penghasilkan, maka kita akan kembali ke arah feodalisme, dengan berbagai konfliknya.'

Bahkan sebelum mesin dapat menghasilkan sesuatu, kita telah melihat pergolakan besar. Penurunan minat untuk menyewa pekerja telah menyebar dari perusahaan manufaktur sampai ke UKM, karena kita semua telah banyak melakukan transaksi online, sebagai contohnya. Hal tersebut akan berpengaruh pada industri lain dalam masalah tenaga kerja.

Memang, perusahaan teknologi semakin berkembang dan merekrut lebih banyak pekerja: Microsoft hampir menggandakan jumlah tenaga kerja dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, tapi tetap saja mereka hanya memiliki kurang dari 100ribu pekerja. Kebanyakan dari perusahaan ini mengembangkan keuntungan mereka lebih cepat daripada perekrutan tenaga kerja.

Lagipula, dalam perekonomian seperti Australia, jika semua orang yang dapat dipekerjakan mampu menghasilkan kekayaan yang sama seperti Apple, kita akan memperoleh 7 triliun dolar. Semua orang akan menjadi 5 kali lebih kaya dari sebelumnya, namun bisa jadi rumah-rumah menjadi lebih mahal 5 kali pula.
Di sisi positif, mungkin teknologi akan memberi kesempatan pada banyak orang. Namun bisa jadi Steve Keen benar - kapitalisme membutuhkan pemikiran ulang.

Jika kita bertanya apa yang dapat dilakukan untuk orang lainnya yang tidak dipekerjakan, jawabannya bisa jadi mereka disarankan untuk mengikuti program militer. Seperti halnya Departemen Pertahanan AS yang merupakan penyedia lapangan kerja terbesar di dunia, dengan 3,2 juta orang. 

Kesimpulan: Sektor teknologi menghasilkan profit tanpa memberi lapangan kerja. Hal tersebut memang tidak bermasalah bagi pekerja yang sudah berada di dalamnya. Namun apa yang harus dilakukan oleh orang-orang lain?



sentiment_satisfied Emoticon